Argentina Menuju Kematangan

Sumber Foto: https://it.pinterest.com/pin/595249275741798203/

Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid

Terlemparnya Argentina dari kompetisi Piala Dunia 1994 memang mengejutkan, walaupun tidak mengherankan. Mengejutkan, karena Argentina termasuk lima besar yang menguasai kompetisi akbar itu selama dua dasawarsa terakhir ini. Penampilannya dalam ronde pertama Piala Dunia 1994 juga cukup baik. Bahkan masih memperlihatkan keangkeran tersendiri. Dua ujung tombak Batistuta dan Caniggia bermain cemerlang, didukung Maradona sebagai pembagi bola.

Mengapakah tidak mengherankan? Karena ketergantungan terlalu besar kepada kehadiran superstar Maradona. Kalau saja Maradona dapat “dipegang” oleh barisan pertahanan lawan, serangan Argentina dengan sendirinya akan menjadi tumpul. Apalagi kalau ia sampai cedera atau terkena kartu merah dan diusir dari lapangan. Ternyata yang dihalanginya justru lebih mengejutkan. Maradona dituduh melakukan tindakan yang lebih berat: penggunaan obat perangsang (doping).

Namun kemalangan Argentina itu justru menunjukkan arah perkembangan yang sangat baik bagi kesebelasan “langganan Piala Dunia” tersebut. Munculnya dua bintang baru Redondo dan Ariel Ortega menunjukkan potensi besar dari kekuatan pendobrak Argentina di tahun-tahun mendatang. Bahwa Ortega belum bisa memenuhi kebutuhan Batistuta dan Caniggia pada saat ini, tidaklah berarti tim nasional Argentina telah menjadi mandul. Gol balasan kedua Argentina, yang terjadi ketika ada operan jatuh persis di muka gawang Rumania sebagai “umpan matang”, menunjukkan betapa masih berbahayanya serangan tim asuhan Basile itu.

Kelemahan Argentina justru terletak di barisan belakang baik dalam bentuk penjaga gawang Islas maupun pemain bertahan Basualdo. Keduanya sering mengabaikan bahaya dengan maju terlalu jauh ke depan, dan dengan demikian lalu kecurian gol melalui serangan balik kilat. Apalagi kalau penyerangannya memiliki daya tembus luar biasa seperti Hagi dan Domitrescu dalam pertandingan Argentina-Rumania kemain siang waktu AS. Namun pertahanan yang sering kedodoran itu memiliki kelebihannya sendiri, yaitu mampu mengalurkan bola-bola secara tepat ke depan.

Demikian pula barisan gelandang Argentina, yang mampu bersaing dengan barisan gelandang mana pun dalam kompetisi akbar tahun ini. Dengan kata lain, kekuatan Argentina seperti di masa jayanya Maradona akan terulang lagi dalam pertandingan tim nasional itu dengan tim negara-negara lain. Titik lemah pertahanan Argentina, seperti mundurnya permainan Sensini, akan segera tertutup apabila diperoleh pemain pertahanan berkualitas sedang-sedang saja. Mobilitas tinggi para pemain gelandangnya, akan menutup kekurangan tersebut.

Yang paling menarik dari “tim Maradona” ini adalah terbaginya dua fungsi yang semula diperankan oleh seorang pemain saja, yaitu Dioego Maradona. Di samping menjadi penyerang lapis kedua (second striker) yang sempurna permainan kaki kiri di tanah maupun tandukkan kepalanya di udara, ia adalah pengatur serangan yang handal. Fungsi itu tampaknya akan dipegang seterusnya oleh Ortega, yang menjadi kuda beban untuk bertahan di belakang dan menyerang di depan. Walaupun belum tampak ketajaman pembagian bolanya, sudah tampak kemampuannya untuk membuka peluang-peluang bagi barisan penyerang Argentina. Fungsi ini tentu akan lebih dikuasainya lagi di masa-masa mendatang, sehingga pada waktunya nanti ia juga menjadi gelandang menyerang yang disegani lawan.

Fungsi Maradona sebagai penyerang lapis kedua selanjutnya akan lebih ditekankan pada Redondo, walaupun ada kemungkinan Redondo dijadikan penyerang andalan (striker) dan Caniggia menempati posisi Maradona selama ini. Dalam hal formasi ini yang dikembangkan tim Argentina akan lebih menyerupai formasi insidental tim Jerman, yang berpola 4-5-1 dan bukannya 4-4-2 seperti selama ini.

Salah satu fungsi utama pembagi bola adalah menjaga agar alur bola dari belakang ke depan dapat berlangsung tidak terputus-putus. Cara ini akan membuat serangan atas lawan menjadi bergelombang saling susul menyusul, dan pada akhirnya berfungsi mengurung pertahanan lawan. Hal itu telah terlihat dalam perempat terakhir pertandingan Argentina-Rumania itu ketika hanya belum bersambungnya gerak para pemain depan Argentina dalam alur serangan yang dinamis itu.

Salah satu faktor yang sangat menentukan, yang masih dimiliki oleh tim Argentina yang tersingkir itu, adalah kecepatan pengolahan bola dalam kadar yang sangat tinggi. Ternyata penguasaan bola dalam bentuk pengaturan tempo permainan sama sekali tidak terpengaruh oleh ada atau tidaknya Maradona. Hal itu terbukti dari gol balasan dan begitu banyak peluang yang tidak menghasilkan gol, yang merupakan bukti dari tempo permainan yang sama-sama dikendalikan baik oleh Argentina maupun Rumania. Hanya saja memang serobotan para penyerang Rumania dilakukan dalam kecepatan sangat tinggi, akurasi operan bola yang sangat tepat dan pola serangan yang Jelas arahnya. Tidak heran jika Rumania lebih produktif hasil serangannya, walaupun penguasaan atas bola jauh lebih efektif dilakukan oleh Argentina.

Tersingkirnya Argentina dari kompetisi Piala Dunia 1994 niscaya merupakan tragedi besar bagi bangsa pecinta bola seperti Argentina. Tetapi di balik tragedi itu justru terpentang jalan lapang untuk berprestasi lebih jauh dalam kancah sepak bola internasional. Munculnya pemain-pemain yang akan menjadi bintang cemerlang dikemudian hari, seperti Redondo, dan Ortega justru menunjukkan betapa tradisi besar persepak-bolaan Argentina tetap memelihara momentumnya sendiri.