Kata Pengantar Buku: H. Djaelani Hidayat – Dari Tukang Sortir Pos Sampai Menteri

Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid

Buku ini adalah otobiografi seorang yang sepanjang kariernya berkecimpung di bidang pos. Bidang ini sering diremehkan orang, karena tidak ada pemimpin yang menonjol darinya. Bahkan celakanya, sering bidang ini dianggap hanya menjadi sarang patronase, karena di beberapa negara, memang kedudukan sebagai pengantar surat dan lain-lain di bidang pos adalah karier patronase; terutama para kepala kantor pos di Amerika Serikat, yang berjumlah sekitar 8.000 orang. Jabatan kepala tersebut diberikan kepada orang yang berjasa dalam kampanye pemilihan umum partai politik yang memenangkannya. Karenanya, tidak usah heran jika ada anggapan bahwa jabatan kepala kantor pos adalah jabatan patronase.

Padahal, dalam kenyataannya posisi kepala kantor pos– yang harus mengatur para pengantar dan jabatan-jabatan lain di lingkungannya –adalah jabatan profesional yang membutuhkan keahlian tersendiri. Dengan kata lain, harus ada keahlian tersendiri, dalam hal ini guna mengatur agar surat sampai di tempat pada waktunya, uang terkirim dengan baik dan rahasia pengirim maupun penerima dapat terjaga. Jadi, kepala kantor pos adalah pejabat yang mengatur semua itu secara kedinasan. Kalau tidak pandai melakukannya, kekacauanlah yang menjadi ciri perjalanan pos pada waktu itu. Karena itu, tidak dapatlah pekerjaan ini sebagai sesuatu yang “biasa”, sama halnya dengan pemimpin perjalanan kereta api (kepala setasiun), penjaga malam di lapangan terbang, maupun mantri pasar. Tanpa mereka, apa yang dianggap “sudah semestinya” tidak akan berlangsung dengan tepat, yang timbul hanyalah kekacauan.

Karena itulah kita lihat pentingnya kedudukan para kepala kantor pos dan pejabat lain di bawah pimpinannya. Ini belum lagi kalau diingat sejumlah pengusaha justru dianggap sebagai melatih calon wiraswastawan. Joe Kennedy, ayah mendiang Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, tidak mau memberikan uang saku kepada anaknya, ia hanya memberikan sedikit “modal” kepadanya, untuk menjadi jaminan agar ia diangkat sebagai pihak yang mengantarkan koran/ harian. Jadi, pekerjaan yang sama nilainya dengan pengantar surat, dalam masyarakat kapitalistik yang sudah amat maju seperti Amerika Serikat. Di tengah pagi yang amat dingin, John F. Kennedy harus mengantarkan koran ke rumah-rumah di kawasannya, dan dengan cara itulah ia melatih kewiraswastaan yang ada di dalam dirinya, yang di belakang hari diperlukannya sebagai senator, dan kemudian hari Presiden Amerika Serikat.

Dalam hal penulis buku ini, Drs. H. Djaelani Hidajat, latar belakang kehidupannya merupakan suatu yang dianggap penting bagi dirinya di kemudian hari. Latar belakang itu berupa keadaan keluarganya, pendidikan yang dijalaninya dan kiprahnya semula. Apa yang diceritakannya di bagian pertama buku ini adalah memperkenalkan sosok tubuh Djaelani Hidajat. Bahwa ia tidak goyah menaiki jenjang karier dari kampung menjadi tokoh penting di lingkungan pos, dan kemudian sebagai menteri, tidak lain tidak bukan karena kekuatan kepribadiannya tersebut, diterangkan secara terbuka, bagaimana ciri kepribadian tokoh ini.

Dalam menceritakan proses ia menjadi orang itu, termasuk bagaimana ia mengajar, padahal masih menjadi pelajar, tampak keluguan pribadinya yang sangat menarik. Aspek inilah yang seharusnya dicontoh oleh orang yang tidak layak memangku jabatan apapun, tapi bernasib mujur memperoleh jabatan itu. Begitu juga, hal ini diingat oleh “orang kaya baru” (OKB, Les Nouveaux Riches), yang ingin segera menampangkan kekayaan mereka dengan menampilkan yang dianggap menciptakan kekaguman pada orang lain. Salah sangka seperti ini, pernah terjadi dalam masyarakat kita. Dengan otobiografinya ini, Drs. H. Djaelani Hidajat telah menampilkan kesegaran yang kita perlukan dewasa ini.

Sebagai sebuah ceritera anak manusia, otobiografi seperti ini sangat kita perlukan. Dia menceritakan dengan ringan hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sukses dalam suatu bidang melalui kesederhanaan pribadi dan keluguan sikap. Kalau kita setia pada pekerjaan kita, dan mampu memelihara kesederhanaan pribadi yang menjadi latar belakang kita, pasti kita akan mencapai sesuatu dalam karier yang tak pernah kita duga sebelumnya. Kuncinya adalah satu, menyatakan apa yang baik bagi pengembangan profesi apa yang kita tekuni, serta melipatkannya dalam upaya menaikkan taraf hidup rakyat banyak.

Kembali pada dunia pos kita, adalah mengherankan, penjualan dan penyampaian benda-benda pos kepada publik berjalan dengan baik di tengah-tengah kemelut hampir semua bidang kehidupan kita. Ini adalah prestasi yang tidak pernah kita rasakan, karena kita terbiasa dengan capaian-capaian spektakuler di bidang lain. Bukankah sangat mengagumkan, pos sampai ke tangan kita dengan teratur di tengah-tengah krisis multidimensi yang menghinggapi kehidupan kita sebagai bangsa dewasa ini. Ini tentu disebabkan oleh orang-orang pos seperti Drs. H. Djaelani Hidajat, pahlawan tak dikenal di negeri ini, seperti halnya guru; tanpa meminta tanda jasa orang-orang pos bekerja mensukseskan profesi mereka, dan dengan itu mendukung berjalannya “keadaan normal” dalam kehidupan bangsa kita.

Kerendahan hati yang menganggap profesi sendiri sebagai “sesuatu yang biasa saja”, adalah sikap yang seharusnya menjadi pandangan hidup bangsa kita secara keseluruhan. Vladimir Lenin menyatakan dalam bukletnya, “infantile disease of leftism, (penyakit kanak-kanak dalam ideologi kiri), bahwa Aku-isme adalah sesuatu yang sangat membahayakan bagi perjuangan. Menurut pandangan ini, perjuangan hanya akan berakhir dengan sukses kalau selesai pada saat aku masih hidup. Artinya, tanpa “Aku”, perjuangan tidak akan pernah berhasil, dan dilupakan bahwa perjuangan ada yang berjangka sangat panjang, dan baru akan selesai dalam satu-dua generasi.

Karenanya, membaca buku riwayat hidup Drs. H. Djaelani Hidajat ini sangatlah penting artinya. Dengan mengetahui latar belakang seseorang, hubungan latar belakang itu dan perjalanan kariernya serta bagaimana kepribadian seseorang dapat tetap berjalan sebagaimana biasa dalam perubahan-perubahan kondisi karier itu sendiri, merupakan sesuatu yang harus kita ketahui. Termasuk hidup orang yang dihabiskan dalam dunia pos yang sering dianggap remeh itu. Di sini, Drs. Djaelani Hidajat mampu membuka pada kita sebuah dunia yang harus kita kenal, tetapi selama ini kita abaikan. Dengan membaca otobiografi ini pula pembaca akan mengerti “kebesaran yang ada dalam karier sederhana”, seperti orang pos. Kalau hal ini dapat kita pelajari, dari buku di tangan pembaca ini, tercapailah maksud menuliskannya.