Keberuntungan Swedia, Akankah Berlanjut?

Sumber Foto: https://www.bola.net/piala_dunia/mengenang-kennet-andersson-striker-tajam-yang-bawa-swedia-lolos-ke-semifinal-piala-dunia-1994-73ab06.html

Ulasan Piala Dunia 1994

Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid

Pertandingan perempat final Rumania-Swedia adalah sebuah tontonan yang mengasyikkan. Keduanya sama-sama memiliki pertahanan tangguh yang tidak mengenal kompromi. Petrescu sebagai palang pintu sangat alot untuk dilewati. Patrik Anderson di pihak Swedia bukan hanya pemain belakang tangguh, melainkan juga memiliki daya jelajah ke jantung pertahanan lawan sebagai sayap gantung yang efektif.

Pertahanan kedua belah pihak itu memang harus tangguh karena dua sebab. Pertama, barisan penyerang kedua tim juga sama tajam. Di pihak Rumania, peranan Hagi sebagai pemberi bola maupun penyerang seringkali mengacaukan pertahanan lawan dengan gerak kilatnya yang tiba-tiba. Dengan umpan-umpan akurat kepada Raducioiu, Hagi merupakan pengalih perhatian guna memungkinkan para pemain gelandang lain untuk menjadi third striker, seperti Dumitrescu dan Lupescu. Sebuah formasi unik dengan tiga lapis para penyerang, dalam hal mana Hagi dapat menjadi second striker atau hanya pembagi bola bagi penyerang yang di belakangnya.

Di pihak Swedia, kombinasi Dahlin-Brolin-Kennet Andersson dapat menjadi mesin giling yang menggilas pertahanan lawan yang berkualitas tanggung. Apalagi kalau gelandang Schwarz berada pada form puncak membuat alur serangan Swedia menjadi sangat lancar. Dialah pematah serangan lawan sekaligus menjadi pengumpan kepada gelandang-gelandang lain di depannya dan menjaga alur serangan tidak terhenti. Dalam pertandingan ini peran itu sangat terasa katika Schwarz diusir ke luar lapangan dan untuk sementara alur serangan Swedia menjadi agak kacau balau. Hanyalah gerakan-gerakan eksplosif Brolin yang mampu menghidupkan serangan Swedia sehingga mampu menembus pertahanan Rumania di menit-menit terakhir pertandingan, dengan akibat perpanjangan waktu 2×15 menit.

Kekuatan berimbang antara Swedia dan Rumania itu juga tampak dalam daya tahan dan kelincahan barisan tengah kedua kesebelasan. Perpaduan antara dua tipe gelandang menyerang dan gelandang bertahan pada masing-masing tim juga berimbang. Belodedici di pihak Rumania menemukan tandingan pada diri Ljung di pihak Swedia yang sangat ampuh dan merupakan titik awal pertahanan kedua tim apabila lawan mulai melancarkan serangan. Dengan kemampuan menahan serangan lawan itu, keduanya mampu memberikan peluang beberapa detik kepada barisan belakang masing-masing untuk mengorganisir pertahanan.

Alasan mengapa kedua tim memiliki berisan pertahanan yang tangguh terletak pada lawan-lawan yang harus dihadapi hingga putaran perdelapan final. Gedoran para penyerang Brasil, Kamerun dan Arab Saudi di babak penyisihan dan perdelapan final, tentunya bukanlah hal yang dapat ditahan Swedia, apabila tidak memiliki pertahanan tangguh. Demikian pula Rumania yang harus menahan gedoran Kolombia, Amerika Serikat dan Argentina di babak penyisihan dan perdelapan final. Itu pun tim tersebut harus mengakui keunggulan Swiss di babak penyisihan.

Walaupun seimbang, pertahanan Swedia ternyata mampu meredam amukan para penyerang Rumania dan terhindar dari gol lebih banyak dari dua buah hasil tendangan Raducioiu pada akhir pertandingan. Dengan demikian, Swedia berhasil memaksakan adu penalti yang dimenangkannya. Unsur cukup besar berupa ketangguhan penjaga gawang Ravelli memegang pertahanan sangat penting bagi ketangguhan pertahanan Swedia itu. Bahkan merupakan kunci bagi kemenangan Swedia, ketika mampu menahan tendangan penalti dua orang pemain Rumania.

Dilihat dari sudut penyerangan masing-masing, sebenarnya terlihat perbedaan cukup besar dalam tipe penyerangan yang dilancarkan. Para penyerang Rumania, serangan tampak lebih dibangun dari lini tengah, untuk kemudian dilanjutkan dengan tekanan yang semakin berat ke jantung pertahanan lawan. Dengan selalu teguhnya para penyerang Rumania menyerang dengan cara menekan seperti itu, dalam gelombang serangan Rumania para penyerangnya lebih banyak bermain dalam kotak penalti lawan ketimbang Swedia. Serangan Swedia selalu hanya berupa umpan terobosan yang hanya sebentar berputar-putar di kotak penalti lawan.

Kemampuan barisan penyerang Rumania untuk menggunakan lebar lapangan ternyata lebih baik ketimbang Swedia dan itu terbukti dari gol kedua yang dihasilkan Raducioiu. Kelengahan pemain belakang Swedia Patrick Andersson dimanfaatkan oleh pemain sayap untuk mengirim bola silang ke Raducioiu untuk diteruskan ke gawang Ravelli. Di luar kesalahan fatal sekali dua itu, sulit bagi penyerang lawan menembus pertahanan Swedia yang kokoh itu.

***

Karenanya masih banyak pertanyaan, taktik apa yang akan dipakai Carlos Alberto Farreira untuk menembus pertahanan Swedia dalam pertandingan semi final. Masihkah kombinasi Bebeto-Romario dengan dukungan Dunga yang dipakai, ataukah digunakan Rai sebagai pembagi bola sekaligus second striker? Pertanyaan yang tidak mudah dijawab, karena resiko menempatkan Rai bagi pertahanan Brasil pada titik awal di lapangan tengah juga merupakan persoalan. Eksplosifnya penyerangan Swedia dalam bentuk gebrakan trio Dahlin-Brolin-Andersson dengan dukungan gelandang tanpa kompromi Klas Ingesson, merupakan ancaman yang tidak ringan bagi Brasil. Hasil seri antara kedua kesebelasan dalam penyisihan membuktikan keampuhan penggedoran pertahanan lawan yang sama angkuhnya antara kedua kesebelasan itu.

Karenanya, kemungkinan besar nilai lebih dari ketangguhan dan keampuhan kedua kesebelasan akan ditentukan oleh hal-hal yang bersifat taktis. Haruskan Ljung lebih memusatkan diri pada pertahanan, sehingga lebih sedikit dukungannya pada barisan penyerang Swedia atau akankah Ingesson memberikan perhatian lebih banyak pada pertahanan, guna mengurangi ketajaman serangan Brasil yang dibangun melalui Mario Silva? Akankah Branco dipasang lagi untuk memanfaatkan bola-bola mati seperti tendangan bebas, dengan akurasi sepakannya yang sangat terarah dan mengecoh?

Jelas, pertandingan Swedia-Brasil akan sangat menarik, karena kekuatan berimbang mereka dan imajinasi kedua pelatih Carlos Alberto Parreira dan Tommy Svensson akan memaksa Brasil dan Swedia mengeluarkan kemampuan terbaik mereka. Mungkin justru bisa melebihi pertandingan perempat final Belanda-Brasil yang patut dikatagorikan final sesungguhnya (real final) Piala Dunia 1994 ini.