Pak Harto Banyak Pengikutnya (Wawancara)

Sumber Foto: https://geotimes.id/kolom/gus-dur-pak-harto-dan-gelar-pahlawan-nasional/

Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid

MENJELANG isya di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan, Kompleks Pesantren Wachid Hasyim, yang belum rampung dibangun. tampak sibuk. Tempat kediaman Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. yang kini menjabat Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), menjadi target utama. Halaman depan rumahnya, yang berhadapan dengan masjid sumbangan Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila, disesaki kendaraan tamu.

Tuan rumah keluar dari kamar tidur menuju ruang tamu. Pengawalnya menyodorkan kacamata dan kopiah. “Enggak usah pakai ini,” kata Gus Dur. Dengan cerdik, si pengawal menyahut, “Ada penyiar televisi Iho, Gus!” Sambil terkekeh Gus Dur berujar, “Ketua PBNU harus pakai kopiah.” Kopiah dan kacamata pun dipakainya.

Gus Dur memang pandai melayani wartawan dengan pernyataannya yang ceplas-ceplos. Wartawan GATRA A. Latief Siregar dan Sapto Waluyo mewawancarainya dalam beberapa kesempatan, pekan lalu. Petikannya:

Komentar Anda atas dialog yang sudah dan sedang berlangsung?

Saya senang, karena apa yang menjadi pikiran saya selama ini telah dirembukkan banyak orang. Saya bersyukur, itu dirasakan juga oleh orang lain.

Mengapa anggota Kelompok Ciganjur tidak dilibatkan?

Sampai sekarang, belum ada kebutuhan Kelompok Ciganjur untuk menindaklanjuti dialog yang telah dimulai. Mereka masih diam-diam saja tuh. Jadi, saya nggak melihat kebutuhan itu. Langkah saya menemui Wiranto, Habibie, dan Pak Harto disikapi mereka dengan wait and see.

Tampaknya, Amien Rais kecewa karena Anda bermanuver sendirian?

Hak dia untuk berpendapat begitu Saya kira, kami bisa kontak kalau mau. Biasanya sibuk sendiri-sendiri. Itu bukan berarti Kelompok Ciganjur telah terpecah. Dulu, kan Amien datang belakangan. Kami bertiga telah berembuk dulu. Memang, deklarasi itu dia yang menulis. Tapi saya memberi pendapat dan menyetujuinya, karena bagus isinya.

Mengapa Anda menemui Pak Harto? ia kan sudah lengser keprabon?

Pelibatan Pak Harto dalam dialog ini karena –jangan lupa– pengikutnya masih banyak. Karena dia didemonstrasi mahasiswa setiap hari, sampai mau diseret ke pengadilan segala macam, maka pengikutnya marah. Kemarahan itu muncul lewat kejadian Ketapang, Kupang, dan nanti entah apa lagi Upaya menyeret Pak Harto nggak boleh begitu dong. Iya, kalau dengan menyeret Pak Harto, bangsa ini selamat. Kalau sebelum Pak Harto jatuh, bangsa ini sudah bubar, bagaimana? Dengan berunding, nggak mungkin menimbulkan masalah baru. Wong, berunding saja, kok. Kalau bisa, ya berunding. Kalau nggak, ya sudah. Kok, ruwet.

Bagaimana format dialog nasional itu? Kok, cuma empat tokoh yang dilibatkan?

Seperti apa formatnya, saya nggak tahu. Saya hanya mencoba untuk mencari jalan. Habibie mewakili pemerintah, Wiranto sebagai pimpinan ABRI. Pak Harto banyak pengikutnya, saya juga punya banyak pengikut Mudah-mudahan, pertemuan kami bisa memecahkan persoalan yang berkembang.

Apakah dengan bertemu Pak Harto, Anda tidak takut dituduh sebagai Soehartois?

Takut amat dituduh orang. Silakan tuduh, sekarang juga sudah ada yang menuduh macam-macam. Setiap hari, banyak orang yang ketemu Habibie, saya nggak merasa apa-apa. Diam saja. Eh, saya baru ketemu sekali saja sudah dikomentari macam-macam. Kata orang, mungkin sebagai ulama tak sewajarnya mendatangi raja. Harus dibaca secara kontekstual. Presiden itu ada protokolernya. Pak Habibie sudah ke sini sekali, ya sudah Itu sudah luar biasa, sebagai presiden dia mendatangi warganya. Masak, saya mau dua kali, ya gantian, dong. Sederhana saja.

Saat bertemu dengan Pak Harto, apa yang dibicarakan?

Saya bicara kecil-kecil saja. Bicara baik-baikan saja. Negara ini perlu kedaulatan hukum, perlu adanya demokratisasi, sebagai bukti dia mau menerima kenyataan adanya proses pengadilan. Saya melihat negara ini sedang menghadapi krisis, seperti perpecahan bangsa Timbul kemungkinan pertumpahan darah, Maka saya mengambil inisiatif Kebetulan Pak Habibie mau bertemu, ya pas Dengan Pak Harto, saya harapkan bisa mempengaruhi pengikutnya.

Apa tujuan dialog itu sebenarnya?

Negeri ini sedang mengalami kemacetan komunikasi Setiap orang ingin memaksakan kehendak. Sementara itu, kondisi masyarakat juga mengarah pada situasi seperti revolusi sosial. Kita harus mencegahnya dengan membuka dialog, memecah kebekuan.

Mengapa Anda meminta mahasiswa kembali ke kampus? Itu kan langkah mundur?

Soal aksi mahasiswa, saya melihatnya ada dua macam Yang satu disetir dari luar, dan yang satunya murni. Kalau yang disetir, itu yang pakai senjata. Yang tak pakai senjata tapi oleh militer dipukuli, saya kasihan melihatnya. Jangan disamaratakan semuanya bersenjata. Tapi saya minta, mereka kembali ke kampus semuanya. Jangan ada insiden lagi. Ini bukan turning point (titik balik), hanya karena saya tidak setuju ada mahasiswa yang ditembaki.

Menurut Anda, militer makin keras?

Seperti kemarin (Insiden Jembatan Layang Senayan), ABRI-nya sudah mundur. tapi oleh mahasiswa dirangsek terus. Akhirnya, tentara juga ketakutan dan berbalik menyerang. Ada kondisi pemaksa yang membuat ABRI makin galak. Namanya juga ABRI, tugasnya kan menjaga keamanan dan ketertiban.

Siapa yang Anda maksud menyetir mahasiswa?

Tidak perlu saya sebutkan kepada wartawan.

Tapi Anda menyebutkan kepada Radio Nederland bahwa CIA membantu mahasiswa lewat perusahaan Unilever. Ada buktinya?

Ada, dan akan saya pegang sendiri. Anda silakan cari sendiri.