Pengerahan Swadaya Masyarakat

Oleh: K.H. Abdurrahman wahid
Tetapi swadaya itu sendiri tidak akan dapat dikerahkan secara optimal bagi pencapaian sasaran-sasaran pembangunan nasional jika tidak dilakukan kebijaksanaan yang tepat untuk melakukan pengerahan itu sendiri. Untuk menentukan kebijaksanaan mendorong pengerahan swadaya masyarakat secara optimal dan berdaya guna secara tepat tentunya pihak yang biasa melakukan hal itulah yang seharusnya diajak berbicara. Sudah tiba saatnya pemerintah melakukan lembaga-lembaga pengembangan swadaya masyarakat (LPSM) dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) secara dewasa bukan hanya secara protokoler belaka seperti selama ini dilakukan.
LPSM dan LSM telah dilepaskan statusnya melalui Undang-Undang yaitu diperlakukan sebagai organisasi kemasyarakatan. Sangat tepat jika pemantapan status LPSM dan LSM itu dijadikan titik tolak untuk menjadikannya salah satu unsur dalam penentuan kebijaksanaan pembangunan kita. Pada perencana pembangunan umumnya menguasai aspek makro dari pembangunan tetapi LPSM, LSM justru jatuh bangun dengan garapan mengembangkan lembaga-lembaga mikro dalam kehidupan masyarakat. Kedua sisi makro dan mikro itu haruslah berfungsi komplomenter jika diinginkan pembangunan itu berhasil.
Hal itu berarti kesediaan pemerintah dan kita semua untuk merumuskan kembali sasaran pembangunan nasional kita dan mengubah skala prioritas kegiatan kita. Suara masyarakat melalui ormas-ormas dan LPSM, LSM haruslah didengarkan seara jujur dan bersungguh-sungguh dalam penetapan kembali sasaran pembangunan dan skala prioritas itu. Hanya dengan cara itulah swadaya masyarakat dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki masyarakat dapat dilakukan karena kerelaan masyarkat sendiri Jika kesimpulan di atas tidak dilaksanakan alternatifnya hanyalah keadaan akan semakin memburuk dan kita berada di jalan buntu pembangunan nasional kita sendiri. Secara politis pemecahan yang timbul hanyalah bersifat radikal seperti perombakan sistem politik kita dengan kemungkinan perbenturan fisik antara berbagai kekuatan politik (power counter) yang ada. Jika itu terjadi belum tentu hasilnya akan menjadi lebih baik. Dalam pandangan penulis perbaikan masalah secara gradual dalam alam tetapi masih lebih baik dari revolusi sosial manapun. Padahal hanya dengan revolusi sosial sajalah alternatif radikal dapat ditegakkan.
Akhirnya renungan di atas membawa kenyataan perlunya dilakukan perubahan strategi dasar pembangunan nasional kita disaat kita berada pada tahap kritis dan menentukan dewasa ini. Kebutuhan ditangkap dengan baik oleh Jorge dalam mengatur strategi kesebelasan FC Porto ketika menghadapi FC Bayern Munchen 27 Mei yang lalu. Tidak ada salahnya kita mengambil pelajaran kasus kecil seperti kemampuan Jorge mengubah strateginya itu bagi kepentingan pembangunan nasional kita yang begitu berlipat ganda besarnya dari kasus kecil itu bukan?