Kata Pengantar: Mengawal Negara Budiman
Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid
Buku ini mencoba untuk melihat aspek-aspek demokratisasi, dan dengan sendirinya berlaku juga untuk Indonesia. Karenanya, dalam membaca buku ini, kita harus siap dengan kenyataan-kenyataan yang ada. Hal ini berarti kita juga harus mengamati perkembangan praktis demokratisasi itu sendiri maupun aspek-aspek teoretisnya. Salah satu di antara kenyataan pahit yang harus kita terima adalah bahwa demokratisasi politik belum sepenuhnya terjadi, karena ia masih membutuhkan sebuah aspek yang belum pernah kita bicarakan dengan sungguh-sungguh, yakni soal kedaulatan hukum. Kedaulatan hukum sampai saat ini belum sepenuhnya berlaku, mungkin hanya baru sepersepuluhnya saja yang baru kita jalankan. Itu tidak lain karena kita tidak memiliki peradilan yang benar-benar bebas dari campur tangan luar.
Bahkan keadilan ekonomi pun belum dijalankan atau diusahakan secara sungguh-sungguh di negeri kita. Elitisme ekonomi senantiasa berujung kepada istilah ekonomi nasional, bukannya ekonomi rakyat. Ini disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa para pendiri negeri kita adalah orang-orang keturunan bangsawan seperti Bung Karno dan Bung Hatta. Oleh karena itu, kita sering dicekoki istilah ekonomi nasional, seolah-olah dengan retorika saja kita sudah akan mencapai kemakmuran. Oleh karena itu, yang muncul adalah istilah Ekonomi Nasional. Apalagi sekarang tekanan bertubi-tubi telah membuat kita menerima kapitalisme, yang berupa kebebasan tanpa kendali.
Persoalan ketimpangan saat ini menjadi persoalan di semua bidang kehidupan bernegara, karena tidak ada keberanian untuk secara sungguh-sungguh melaksanakan hukum. Oleh karena itu, tepat sekali sekarang kita melakukan kajian mendalam atas persoalan perekonomian dan di sinilah seharusnya kita memusatkan perhatian.
Penulis buku ini mengurai berbagai persoalan kebangsaan dengan tanpa harus kehilangan identitas dirinya sebagai anak santri yang dibesarkan di lingkungan pesantren, sehingga ia pun menjabarkan keunggulan nilai-nilai Islam dilihat dari kemampuan mengembangkan pluralitas. Bagaimana menolerir nilai-nilai lain tanpa harus kehilangan identitas Islam dan ahlu sunnah wal jama’ah.
Dengan membaca buku ini, Anda akan menjadi tahu aspek-aspek yang ada dalam sebuah upaya menegakkan demokrasi. Sebuah sikap sangat mulia, bukan?