Pencarian Format Kepemimpinan bagi PKB
Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid
BUKU yang ada di tangan pembaca ini adalah tulisan Saudara Imam Nahrawi. Sebagai tenaga muda yang akan menentukan masa depan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dengan sendirinya ia menjadi terlibat dalam pencarian format tetap itu sendiri. Harus ada benang halus yang akan menentukannya dalam jangka panjang dalam proses meniti kepemimpinan itu dalam berbagai tingkatan.
Tentu saja, dapat saja terjadi hal-hal di luar dugaan kita. Tetapi bagaimanapun juga pencarian format tetap itu harus terus berlangsung, dengan di dalamnya ada sumbangsih pemikiran dari orang-orang seperti Imam Nahrawi. Ini untuk mencegah Imam Nahrawi agar jangan hanya bertumpu pada “kebiasaan” untuk berebut jabatan saja, tanpa mengetahui apa kegunaan jabatan itu sendiri. Sikap seperti itu jelas sangat merugikan perjuangan karena hanya berisi intrik-intrik politik yang dilakukan orang saja tanpa ada kejelasan untuk apa ia ada. Kenyataan ini menjadi sangat penting, karena tampaknya masa depan bangsa dan kehadiran negara ini akan sangat ditentukan oleh PKB.
Sudah tentu kita berharap Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan negara yang besar. Ia mempunyai kemampuan untuk memenuhi sejumlah persyaratan dalam hal ini. Bangsa dan negara yang besar, karena Indonesia pada saat ini memiliki lebih dari dua ratus sepuluh juta jiwa sebagai penduduk. Di samping itu, ia memiliki banyak sumber alam di kawasannya terutama produk hutan, hasil-hasil pertambangan dan kekayaan laut yang berlimpah-limpah. Kalau ini kelola dengan baik, terutama dengan hilangnya KKN, maka masa depan yang cemerlang tampak menjadi milik bangsa dan negara ini. Di samping itu, Indonesia memiliki letak geografis yang sangat penting, antara daratan Benua Asia dan Australia, Selandia Baru. Indonesia menjadi jembatan bagi kedua kawasan tersebut, dan “pintu masuk” bagi kawasan Asia Daratan sebelah Barat.
Karenanya peranan PKB yang semakin lama semakin penting mengharuskan adanya format yang jelas di masa depan untuk menjamin agar keputusan-keputusannya secara rasional memenuhi kebutuhan-kebutuhan sebuah bangsa dan negara yang besar, yang hanya dapat dihasilkan oleh kepemimpinan yang baik dan sehat. Kegagalan dalam hal ini akan menjadi sesuatu yang sangat tragis, yang dapat saja membuat bangsa dan negara kita kehilangan inisiatif untuk memenuhi tuntutan demi tuntutan di masa depan. Di sinilah terletak pentingnya arti sebuah tulisan apalagi dalam bentuk buku, seperti yang ada di tangan pembaca sekarang.
Memang narasi buku ini adalah cerita perorangan tetapi tetap dalam bingkai pencapaian format kepemimpinan yang boleh dikata baru. Inilah jasa terbesar dari tulisan Imam Nahrawi ini, dan usahanya itu patut dilihat dari kacamata ini. Tentu saja, sebagai narasi perjuangan politik pribadi, buku ini tidak boleh mengingkari kenyataan bahwa ia hadir di tangan pembaca di saat-saat dunia politik praktis kita sedang berada dalam keadaan kondisi kacau balau. Persoalannya adalah kemampuan jangka panjang dari penulisnya untuk mencari format kepemimpinan politik seperti yang diharapkan dan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masa depan.
Gambaran mengenai sosok kepemimpinan politik masa lampau harus mampu diterobos oleh Imam Nahrawi melalui PKB. Tentu saja, hasilnya adalah sesuatu yang sangat pribadi, namun tak urung kita dapat mengambil keuntungan dari berbagai sisi dunia politik praktis yang harus didiami Imam Nahrawi selama ini, sampai sekarang. Pencarian format politik ada kalanya dengan cara kiasan atau penggambaran situasi yang hidup di masyarakat.
Di sini kita baru ingat ungkapan Burhanudin, santri Pesantren Tegalsari (Ponorogo) di bawah Ki Kasan Besari, yang berbunyi “ini zaman gila, yang tidak turut gila tidak mendapatkan apa-apa, tetapi yang paling benar adalah mereka yang sadar dan waspada” (Iki zaman edan, sing ora edan ora keduman, nanging wong kang paling bejo ya kuwi wong kang eling lan waspodo).
Burhanudin yang lebih dikenal dengan nama Ranggawarsita mampu menyairkan perkembangan zamannya yang tidak jauh berbeda dari keadaan politik praktis masa ini. Kalau kita memerlukan sebagian dari Serat Centini, maka untuk membuat gambaran lebih lengkap tentang kebutuhan konsepsional kita di masa depan, maka karya tulis semacam buku Imam Nahrawi ini memang sangat diperlukan.
Tentu saja, untuk keperluan itu harus ada para ahli sejarah dan ahli politik yang dapat membuat konsep utuh dari karya-karya tulis para pelaku politik praktis seperti Imam Nahrawi. Kenyataan inilah yang banyak dilupakan orang, terlebih-lebih di lingkungan Imam Nahrawi (kaum santri tradisional). Sudut penglihatan ini menjadi sangat penting dan memiliki urgensi yang semakin lama semakin penting.
Di sinilah terletak jasa Imam Nahrawi untuk menuliskan apa yang dirasakan, dipikirkan dan dialaminya. Banyak hal-hal baru kita ketahui dari karya tulis ini, dan inilah yang harus diteladani oleh para pemimpin politik yang berusia muda, seperti Imam Nahrawi. Tentu saja kita tidak berhak menilai karya-karya tulis ini, tanpa memperhatikan sisi penting ini.