Kasus Ambon

Sumber foto; https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_sektarian_Maluku

Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid

Kasus yang banyak menyita perhatian kita saat ini adalah keseluruhan di Ambon. Tetapi, saya melihat untuk ke depan, hal itu akan segera mereda. Kejadian beberapa waktu terakhir ini, jelas merupakan pelajaran yang sangat mahal. Sehingga, semua itu tidak boleh terulang kembali.

Ketika saya ketemu dengan sejumlah pejabat tinggi di Eropa, seperti dengan Menlu Belgia atau Menlu Jerman beberapa waktu lalu, saya katakan bahwa berbagai kerusuhan yang terjadi di Indonesia, termasuk di Ambon, tidak mengganggu batang tubuh bangsa kita. Sendi-sendi negara kita aman. Semua kejadian itu hanya kerusuhan di permukaan, hanya kulit-kulitnya. Bahkan, berbagai kejadian itu, nantinya akan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

Kenapa saya punya keyakinan seperti itu? Karena pada suatu ketika nanti, dari berbagai kerusuhan itu akan ketahuan, siapa dalangnya, kenapa peristiwa berdarah itu mesti terjadi, apa sebab-sebabnya? Semuanya akan terlihat oleh masyarakat. Kalau sudah demikian, maka masyarakat di sana akan semakin kokoh persatuan dan kesatuannya.

Sekarang ini saja, sebagian masyarakat di sana mengakui. “ternyata benar juga kata Gus Dur. Kami ini hanya korban ambisi para pemimpin yang gombal.” Itu kata mereka. Kalau sudah begitu, masyarakat di sana, tidak akan mudah lagi dihasut, termasuk oleh kalangan elite pemimpin mereka.

Kejadian di Ambon itu ‘kan karena adanya kelompok Islam kanan yang berusaha memaksakan kehendaknya oleh pihak lain. Lantas kelompok Kristen kanan juga menghadapinya dengan sikap keras. Lantas ada orang serem yang tinggal di Ciganjur (Jakarta Selatan) ini yang berusaha memanfaatkan berbagai keadaan itu untuk terus menciptakan kekacauan. Dan, kelompok terakhir, ya sisa-sisa RMS (Republik Maluku Selatan) yang juga tidak tinggal diam untuk terus menciptakan kekacauan.

Kelompok Islam kanan ini, termasuk di dalamnya Gubernur Maluku sendiri, Saleh Latukonsina serta ketua MUI-nya. Mereka itu garis keras semua. Memang, kalau di depan pemerintah atau di depan pers, mereka mengaku sangat menyesalkan kejadian yang terjadi di Ambon itu. Tetapi, kita ‘kan tahu, Gubernur Maluku sekarang ini dari Ormas Islam garis keras. Demikian juga Ketua MUI-nya. Mereka gombal semua.

Sikap keras kelompok Islam kanan itu, lantas dibalas oleh kelompok Kristen kanan juga. Bentrok pun di antara kelompok-kelompok itu tak terhindarkan. Dan, yang jadi korban berikutnya ya masyarakat kecil, yang tidak tahu apa-apa. Karena merekalah yang paling mudah jadi sasarannya. Keadaan itu, dimanfaatkan orang-orang yang dipimpin orang serem yang tinggal di Ciganjur ini. Dia membantu siapa saja, asal menguntungkan dirinya.

Semua kejadian itu, jauh sebelumnya telah diketahui oleh orang-orang RMS, anak-anak keturunan orang Belanda. Dua minggu sebelum kejadian, diketahui ada pengiriman uang dari Ambon ke Belanda hingga mencapai sekitar US$ 11 juta. Itu kan pelarian modal. Semua itu, usaha RMS untuk menyelamatkan kekayaannya.

Karena mereka tahu, sebentar lagi akan terjadi kerusuhan. Maka, mereka perlu mengambil langkah itu agar kekayaannya tidak hangus begitu saja.

Pergantian jabatan strategis

Kerusuhan yang melanda Ambon yang menewaskan ratusan jiwa rakyat tak berdosa ini, berawal dari adanya sikap kelompok Islam kanan yang berusaha melaksanakan kehendaknya pada pihak-pihak. Ini terjadi setelah naiknya M. Saleh Latuconsina sebagai Gubernur Maluku. Jabatan-jabatan strategis diambilnya dan digantikan dengan orang-orang Islam kanan yang terkenal bergaris keras.

Kejadian itu, jelas tidak bisa diterima oleh kelompok keras Kristen atau Kristen kanan. Maka, kerusuhan demi kerusuhan pun mulai tersulut. Apa yang terjadi kemudian? Masing-masing kelompok saling menuduh, kata yang satu (Islam Kanan) menuduh, mereka yang memulai. Yang lainnya bilang (Kristen Kanan), mereka yang memulai. Akhirnya, tidak ketemu ujung pangkalnya. Semuanya sama-sama emosi. Kerusuhan, bunuh membunuh tak terhindarkan. Sementara yang jadi korbannya, rakyat kecil yang tidak tahu persoalan yang sebenarnya terjadi.

Padahal, di Ambon itu sejak lama terdapat perimbangan antara kelompok Islam dan kelompok Kristen. Kedua kelompok dari kedua agama itu ‘kan di sana cukup berimbang. Meski Islam agak besar juga jumlahnya di sana. Tetapi selisihnya dengan Kristen itu sedikit sekali. Makanya, dalam beberapa periode, orang Islam jadi gubernur di sana. Tetapi, kelompok Kristen di sana mendapat posisi strategis juga. Jabatan-jabatan strategis dipegang secara berimbang.

Sampai terakhir jabatan Gubernur Maluku dipegang oleh Akib Latuconsina, perimbangan jabatan strategis yang dipegang oleh kelompok Islam dan Kristen di sana cukup terpelihara dengan baik. Tetapi sejak gubernur yang baru ini naik, perimbangan itu mulai diganggu.

Jabatan-jabatan strategis yang selama ini dijabat oleh orang Kristen, diambilnya dan digantikan dengan orang Islam. Itu ‘kan tidak benar. Dan, dari situlah kerusuhan demi kerusuhan itu mulai tersulut sampai akhirnya menelan korban jiwa rakyat kecil hingga ratusan orang.

Keadaan itu terjadi, juga memang agak berentetan dengan kejadian di Kupang akhir tahun 1998 lalu. Sebelum kejadian itu, “kan sejumlah anak muda Kristen dilatih di markas Marinir Asembagus Situbondo (Jatim). Setelah latihan itu, mereka mengantongi bayaran. Mereka langsung pulang ke Ambon. Di sini mereka mendapati perubahan atau pergantian pulang pejabat-pejabat pada jabatan strategis yang selama ini dijabat tokoh-tokoh atau orang-orang Kristen, jatuh ke tangan orang-orang Islam. Keadaan itu, jelas tidak bisa mereka terima. Dari sinilah, kerusuhan itu akhirnya meletus, dan terus berkelanjutan hingga saat ini.

Tunggu hingga reda

Bagaimana kemungkinan perkembangan tragedi Ambon? Saya yakin, dalam beberapa waktu ke depan ini, kejadian itu akan mereda. Mereka sekarang memang sedang dalam emosi yang memuncak. Tetapi kejadian berdarah Senin subuh dan Masjid Ahura yang menelan korban jiwa hingga 10 orang, saya kira sebagai pelajaran yang sangat mahal bagi kalangan pemimpin garis keras di Ambon, agar peristiwa seperti itu tidak terulang.

Pada sisi lain, sendi-sindi kehidupan masyarakat di sana tidak tergoyahkan. Buktinya, rakyatnya masih bisa ngomong, “Benar Gus Dur.” Itu ‘kan berarti rakyatnya masih punya pandangan yang jernih. Dan, itu lambat laun akan mengalahkan mereka yang punya pandangan tidak karu-karuan. Mereka akan berhenti sendiri. Begitu terus menerus ‘kan capek juga. Sedangkan rakyat yang punya pandangan bersih dan jernih itu, akan terus cemerlang. Itu sudah pasti.

Jadi, sekarang ini tinggal kita tunggu sampai emosi masyarakat di sana, reda. Demikian juga ambisi yang hendak dipaksakan oleh para pemimpin di sana, juga segera menyadari langkahnya sama sekali tidak benar dan hanya akan menjadikan rakyat sebagai korban ambisi mereka.

Kalau itu yang kemudian terjadi, maka gilirannya para pemimpin bangsa ini, entah dari Ambon sendiri atau dari luar, seperti Mbak Mega (Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri) bisa turut datang. Itu penting agar masyarakat di sana bisa kembali kepercayaan dirinya untuk hidup berdamping secara damai antara satu dengan lainnya. Ya, seperti pandangan anggota Komnas HAM Benyamin Mangkudilaga yang berharap agar Mbak Mega turut meredakan emosi masyarakat Ambon. Masyarakat di sana ‘kan sangat menghormati Mbak Mega.

Malik Fajar (Mentri Agama) menyarankan agar kelompok Ciganjur yang turun ke sana. Tetapi saya, tidak mau ke sana, kalau keadaan masih begini, emosi masyarakat di sana belum reda. Dan orang-orang Ambon yang keras-keras itu, meyerah dan bersedia bersama-sama mengatasi keadaan itu. Saat itulah saya mau kesana, paling tidak perlu waktu sebulan untuk meredakan emosi masyarakat di sana, terutama orang-orang keras yang berambisi memaksakan kehendaknya, tanpa mengakomodasi kepentingan kelompok lain. Tetapi pihak tentara di sana harus bersikap keras. Mereka tidak boleh kompromi lagi dengan para perusuh atau provokator atau dalang-dalang kerusuhan itu. Kalau tidak, mereka akan jadi bulan-bulanan orang-orang berengsek itu.

Susahnya lagi, di antara tentara tidak ada kesatuan langkah. Bahkan ada di antara mereka yang kompromi dan ikut membakar-bakar emosi massa hingga terjadi kerusuhan itu. Pemicunya ‘kan Brigjen K yang sekarang naik pangkat menjadi Mayjen. Orang itulah yang seharusnya diberi pelajaran keras. Tetapi kok bisa naik pangkat menjadi Mayjen.