Pidato Kepresidenan Pertama K.H. Abdurrahman Wahid, 20 Oktober 1999

Sumber Foto: https://alif.id/read/vru/daftar-gerakan-mahasiswa-yang-anti-dan-pro-gus-dur-b229402p/

Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid

(Pidato kepresidenan pertama K.H. Abdurrahman Wahid yang disampaikan tanpa teks di hadapan Sidang MPR RI sesudah mengucapkan Sumpah Jabatan Presiden.)

Assalamua’alikum Wr. Wb.

Bismillahirrohmannirrohim Wal Hamdulillahi Robbil Alamin Wabihi Wanastainu Ala Umurriddunya Waddin Was Sholatu Wassalamu Ala Ashrofil Anbiyai Wal Mursalin Sayyidina Wa Habibina Wa Syafi’ina Wa Maulana Muhammadin Shollalohu Alaihi Wassalama Wa Ala Alihi Washohbihi Ajmain.

Saudara Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Para wakil Ketua, Para Undangan terutama Mantan Presiden B. J. Habibie dan Ibu, Para Duta Besar dan Kepala Perwakilan Negara-negara Sahabat, Sidang Majelis yang saya muliakan. Alhamdulillah pada malam ini telah berlangsung pengambilan sumpah jabatan oleh saya selaku Presiden Republik Indonesia untuk masa jabatan 1999 hingga 2004. Ini adalah kehormatan yang diberikan kepada saya oleh Majelis dan beban yang sangat berat, yang hanya mungkin terlaksana karena adanya bantuan istri saya sekeluarga serta didahului oleh langkah-langkah yang diambil oleh Bapak mantan Presiden B. J. Habibie dan keluarga.

Yang terbentang di hadapan kita adalah tugas maha berat dari Sidang yang berbahagia. Majelis dituntut melalui Presiden di bawah bimbingan Pimpinannya untuk menunjukkan kepada masyarakat bangsa kita bahwa kita sanggup melakukan kerja berat untuk memasukkan kehidupan kita sebagai bangsa dan sebagai negara ke alam modern di ribuan tahun yang akan datang.

Karena itu, memang tidak merupakan hal yang mudah, apalagi kita berada di tengah-tengah arus persaingan begitu ketat dengan negara-negara lain. Karena itulah kita telah berketetapan untuk tetap berada dalam lingkup perdagangan internasional yang bebas, kita telah berketetapan hati pula untuk tetap menggunakan prinsip-prinsip pencarian keuntungan dan peningkatan efisiensi serta penggunaan akal kita dan budi daya yang kita miliki untuk mematangkan kehidupan kita bersama dan menaikkan tingkat pendapatan dari rakyat kita.

Ini adalah tugas yang maha berat bukan tugas yang ringan, karena di dalamnya ada implikasi bahwa kita semua Sidang Majelis yang berbahagia memberikan tugas kepada saya di bawah bimbingan Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang baru untuk menegakkan keadilan dan untuk mendatangkan kemakmuran bagi sebanyak mungkin warga masyarakat kita. Kita harus tetap mempertahankan keutuhan negara kita di hadapan negara-negara lain yang terkadang menganggap ringan perasaan dan harga diri kita.

Demikian pula, kita tetap mempercayai bahwa hubungan internasional yang baik di antara semua negara haruslah didasarkan pada prinsip saling menghormati dan saling menghargai. Karena itu, kita tetap tidak dapat menerima adanya penilaian dari negara lain atau bangsa lain kepada negara dan bangsa kita. Apapun akan kita lakukan untuk mempertahankan keutuhan wilayah kita, untuk mempertahankan harga diri kita.

Sebagai bangsa yang berdaulat, kita akan lakukan upaya sebanyak-banyaknya untuk dapat menunjukkan kebaikan dan kemajuan kehidupan kita sebagai bangsa di negara yang terletak di daerah khatulistiwa ini. Karena itu, saya tidak lain hanya berharap mudah-mudahan Majelis yang berbahagia dengan membimbing saya selaku Presiden Republik Indonesia beserta pembantu-pembantu saya di segenap bidang dapat memelihara harga diri dan kedaulatan kita sebagai bangsa.

Demikian pula kita harus meletakkan sendi-sendi bagi kehidupan yang sentosa bagi bangsa kita di masa-masa yang akan datang. Ini bukanlah tugas yang ringan, ini tugas yang berat. Apalagi karena pada saat ini kita tengah didera oleh perbedaan paham yang sangat besar oleh longgarnya ikatan-ikatan kita sebagai bangsa apa yang oleh Bung Karno diajarkan melalui ucapan Jean Jacques Rousseau kita mempunyai raison d’etre, alasan untuk menjadi satu bangsa, ini tetap kita harus junjung tinggi.

Karena itu, saya mengucapkan terima kasih sekali kepada Saudari saya, Megawati Sukarnoputri yang telah menunjukkan pengertian yang mendalam kepada keadaan kita semua. Di samping juga sanggup melaksanakan kehidupan yang berdemokrasi bersama-sama dengan saya sebagaimana terbukti dalam jalannya pemilihan Presiden pada kali ini.

Demokrasi hanya dapat dipelihara dan dikembangkan oleh orang-orang yang mengerti tentang hakikat demokrasi itu sendiri. Karenanya, saya berharap bahwa kita semua sebagai warga bangsa Indonesia sanggup memahami hal ini dan agar tetap menjunjung demokrasi sebagai sendi kehidupan kita menuju ke masa yang akan datang.

Karena, hanyalah dengan cara seperti itu kita dapat menegakkan kedaulatan hukum, kebebasan berbicara, persamaan hak bagi semua orang tanpa memandang perbedaan keturunan, perbedaan bahasa, perbedaan budaya dan perbedaan agama.

Demikian pula kita juga harus memahami bahwa pemerintah pada dasarnya harus memberikan pertanggungjawaban yang jujur pada rakyat bukan yang membohongi mereka.

Di samping itu pula harus tetap diingat bahwa kita berada di tengah-tengah kompetisi yang berat, yang sangat membuat kita kelelahan, kecapaian tetapi hasilnya, insya Allah, dapat kita rasakan bersama, yaitu adanya bangsa yang kuat, bangsa yang beradab, bangsa yang berbudi luhur, bangsa yang berteknologi maju dan bangsa yang berpengetahuan luas di masa-masa yang akan datang.

Demikianlah saudara Pimpinan Majelis yang terhormat, saya tidak akan berpanjang-panjang mengucapkan apa yang saya kemukakan pada kali ini karena semakin panjang yang saya kemukakan akan semakin banyak hal-hal yang harus kita pertanggungjawabkan kelak di kemudian hari.

Karena itu, Saudara Ketua melalui forum ini saya sampaikan kesanggupan untuk melaksanakan tugas, tetapi harus tetap diingat sabda daripada Rasulullah SAW, yaitu: Al-Insan Ahallu Khoto Wa Nisyan (Manusia adalah tempatnya keluputan dan kelupaan), karena itu bimbinglah saya dan pembantu-pembantu saya di dalam melaksanakan tugas dalam masa 5 tahun yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

K.H. Abdurrahman Wahid

Presiden RI