Diperintahkan Jadi Apa Saja, Akan Saya Jalankan

Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid
Gus Dur adalah tokoh yang paling beruntung saat ini. Sosok “Bapak Bangsa” yang melekat pada dirinya menempatkan cucu pendiri NU itu punya posisi menawar yang tinggi untuk merebut jabatan politik penting dalam SU MPR. Dengan modal dukungan kubu Poros Tengah, serta kedekatannya secara pribadi dengan Megawati dan Habibie, Gus Dur punya kesempatan untuk “memilih” tiga posisi sekaligus: ketua DPR, ketua MPR, dan presiden. Tidak ada satupun tokoh politik yang memiliki kesempatan seperti Ketua Umum PBNU itu. Tapi, target utama yang diincar Gus Dur saat ini adalah kursi presiden. Dan perjuangan Gus Dur sangat gigih, bahkan agak “nekat”. Rabu pekan lalu, ia bersama tokoh-tokoh dari kubu Poros Tengah meminta kepada Habibie untuk mundur dari pencalonan sebagai presiden. Apa latar belakang permintaan kubu Poros Tengah itu? Kamis, pekan lalu wartawan Forum, Yus Arianto, mewawancarai Gus Dur. Berikut petikannya.
Anda akhirnya meyakinkan diri maju bertarung memperebutkan kursi presiden. Apa latar keyakinan itu?
Saya dari dulu yakin dengan Pak Amien. Cuma, orang lain enggak yakin. Sejak awal, saya yakin sebab saya berpegang pada kaidah agama, yaitu kita mengambil hukum secara lahiriah. Secara lahiriah, Pak Amien mendukung saya. Ya, sudah saya enggak peduli apakah dia punya motif atau niat A, B, C. Itu urusan dia. Dalam pencalonan Mbak Mega, saya berpegang pada hukum agama. Dalam pencalonan diri saya, saya juga berpegang pada hukum agama.
Anda siap berhadap-hadapan dengan Mega?
Ya, pokoknya, kita menerima hasil sidang MPR.Saya menjanjikan kalau Mbak Mega menang, saya akan dukung. Tapi kalau saya menang, saya berharap juga didukung Mbak Mega.
Mengapa kemarin Anda meminta Habibie mengevaluasi pencalonan dirinya sebagai presiden?
Karena kita tidak ingin bangsa Indonesia terpecah-pecah. Di belakang Pak Habibie kan ada kelompok yang kuat, yaitu Golkar. Tapi, tampakya, prospek Pak Habibie itu kecil. Karena itu, sudahlah, lebih baik berhenti saja. Tapi, Pak Habibie menjawab, “Enggak bisa. Kalau demokrasi, pencalonannya harus tetap jalan.” Ya, sudah, kalau begitu.
Tapi, kenapa Anda sampai minta Habibie mundur begitu?
Ya, kita melihat prospeknya bahwa cukup banyak yang menentang beliau. Gitu, lo. Ini nggak main-main. Ada mahasiswa dan lain-lain. Tapi, kalau niat beliau tetap maju, ya, sudah, Mau diapain lagi?
Mbak Mega juga banyak mendapat resistensi, mengapa Anda tidak meminta Mbak Mega juga mundur.
O, begini. Sebetulnya, yang menolak Mbak Mega itu bukan menolak pencalonan Mbak Mega. Yang ditolak itu adalah sikap Mbak Mega yang membiarkan orang-orang anti Islam politik. Kan, ada dua macam Islam. Orang kayak saya, yang begitu-begitu tidak usah ditolak. Berpendirian masing-masing saja. Kata hadis, perbedaan di antara para pemimpin adalah rahmat bagi rakyat.
Kalau mau memaksakan, kita baru bertindak. Orang kayak Theo Sjafei itu untuk apa ditakuti.
K.H. Cholil Bisri menyatakan para kiai akan mendukung Anda kalau pencalonan itu tidak main-main dan kansnya besar untuk menang. Apa komentar Anda?
Saya itu tidak punya preferensi. Kalau diperintahkan oleh MPR menjadi presiden, akan saya jalankan. Diperintahkan jadi apa saja, akan saya jalankan. Jadi, ngapain pendapat itu disikapi. Itu urusan dia.
Kabarnya, sikap ulama terbelah terhadap pencalonan Anda ini….
Enggak ada. Memang ada yang enggak percaya pada sikap Mas Amien Rais dan kelompok Poros Tengah. Ya, itu hak orang. Selama ini, NU dan Muhammadiyah memang ribut terus. Jadi, pantas saja ada yang tidak percaya. Tapi, kita tidak akan selesai-selesai kalau hanya mendasarkan pada masa lampau. Kita harus berpikir ke masa depan. Mas Amien itu orang jujur.
Pemimpin PKB, sejauh ini masih berteguh dengan pencalonan Mbak Mega, Bagimana itu?
Begini. Keputusan organisasi enggak bisa dibikin dalam sehari-dua hari. Dulu, saya minta PKB untuk bersama-sama mencari kemungkinan untuk mendukung Mbak Mega. Nah, Mas Amien keluar dengan dukungan kepada saya. Bagi saya, lebih baik enggak usah komentar baik ke sana maupun ke sini, dah.
Apa perbedaan sikap antara Anda dan Matori tidak membingungkan massa NU?
Ya, enggak. Enggak apa-apa. Gitu saja repot-repot.