Peci Tidak Perlu Dicuci

Sumber Foto: https://sajiansedap.grid.id/read/103750878/cara-menghilangkan-noda-keringat-pada-peci-beludru-hitam-cukup-direndam-dalam-seember-bahan-ini-jadi-bersih-dan-seperti-baru-lagi?page=all

Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid

Ada contoh lain yang menarik dari ‘kasus lemak babi’ yang dihebohkan baru-baru ini. Seorang Kyai, dengan menggunakan kaidah yang sederhana, sampai kepada kesimpulan yang unik. Unik dalam kegunaannya, dalam kejelasan cara berpikirnya yang jernih.

Kiyai Rodhi Sholeh adalah Wakil Rais’Am NU. Kiyai fiqh tulen. Tentunya kacamata penglihatannya juga serba fiqh. Ditanya pendapatnya tentang hasil penelitian Dr. Ir. Tri Susanto tentang kadar lemak babi dalam beberapa produk makanan kita, dijawab oleh kiyai kita ini dengan kelugasan fiqh.

Itu kan baru andaian, belum bisa dipakai menghukumi haram. Selama ini sudah diterima sebagai halal, karena pernyataan yang bersangkutan. Sudah cukup itu sebagai pegangan, sampai ada hasil penelitian yang pasti. Bukan sekedar andaian. Asalnya halal akan tetap halal sampai pasti ada haramnya.

Cukup begitu, tidakkah diperlukan penuntasan masalah? Penelitian tuntas memang perlu, tetapi sebelum itu dilaksanakan atau hasil finalnya belum diketahui, harus dikembalikan ke hukum asalnya, kata kiyai Rodhi. Hukum asalnya halal, yang diperlakukan halal.

Siapa yang harus melakukan penelitian, tuntas? Ya yang berwenang untuk itu, maka kiyai muda usia tetapi tua ilmu ini. Tidak bisa setiap orang, nanti kacau balau. Coba ingat saja, peci hitam yang kita pakai. Beludrunya dari luar negeri, yang membuat bukan orang Islam. Apa masing-masing kita harus meyakinkan diri secara final lebih dahulu, sebelum berani memakainya. Kalau begitu, kita cuci saja peci kita, begitu kita pulang dari toko.

Barangkali kiyai yang satu ini juga bisa mengajukan contoh lanjutan dari ‘kasus peci’ tersebut. Kalaupun sudah dicuci, lalu dikeringkan (entah potongannya lalu seperti apa), juga tidak menyelesaikan masalah. Karena kita melalui jalan raya (apalagi jalan tanah) setiap hari, mau tak mau lalu peci yang kita pakai akan terkena debu. Bisa jadi debu dari hancuran kotoran sapi, yang semula teronggok di tengah jalan.

Bagaimana kita bisa tuntas meyakinkan diri tentang kebersihan peci itu? Bukankah kita lalu harus mencuci peci setiap kali pulang bepergian?