Saya Cukup Dua Kali

Sumber Foto: https://tirto.id/tidak-liberal-tidak-sekuler-gus-dur-adalah-ulama-yang-konservatif-f8C9

Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid

Beberapa kiai menghendaki agar RMI otonom. Apa tanggapan Anda?

Ya, silakan saja. Nggak apa-apa, nggak ada masalah. Di lingkungan NU ada tiga jenis organisasi. Ada yang namanya badan otonom, itu anggotanya perorangan. Ada yang anggotanya lembaga seperti madrasah-madrasah, sekolah-sekolah NU, masuk ke dalam pendidikan ma’arif. La ada semacam Lajnah, ini nggak ada anggota-anggota. Kalau di Hanursyi dikatakan komite tetap.

Kalau RMI ingin menjadi badan otonom bisa saja, tapi harus diubah namanya. RMI adalah Rabithah Ma’ahidil Islamiyah, ikatan Pondok-Pondok Pesantren, merupakan organisasi yang beranggotakan lembaga. Kalau mau, ganti saja dengan Rabithah Ahl al-Ma’ahid al-Islamiyah (RAMI), Ikatan Pengasuh-Pengasuh Pondok Pesantren.

Anda jangan menganggap bahwa kalau RMI itu otonom lalu ada perubahan mendasar. Itu hanya beberapa segi saja. Organisatoris masalahnya, bukan masalah politis.

Kalau maksudnya agar RMI independen terhadap NU?

Kalau RMI menghendaki keluar dari NU, maka NU akan membuat organisasi sendiri. Bisa saja namanya Rabithah al-Ma’ahid al-Nahdiyah. Lho, Tarekat Muktabarah kan begitu, tidak mau mengikuti PBNU dan kemudian memisahkan dari PBNU. NU saat itu masih di PPP, maka mereka masuk Golkar. Kita pun lantas membuat tarekat nahdiyah. Independensi yang dimaksud selama ini, RMI terikat dengan NU.

Proses pemilihan Ketua RMI kan ditentukan oleh PBNU. Bisakah mekanisme ini diubah?

Saya masih belum bisa berbicara, karena sekarang RMI masih lembaga. Ini munas lembaga. Paling tidak, RMI hanya memberi rekomendasi kepada Muktamar NU untuk menetapkan RMI diubah, katakanlah menjadi RAMI. Bisa itu. Nah, baru Munas RMI akan datang direalisasikan. Tapi sekarang tidak mungkin. Kalau usulan Munas RMI kali ini seperti itu dan disetujui oleh Muktamar NU, itu bisa memilih pengurus sendiri.

Ada informasi, KH Wahid Zaini adalah salah satu calon pengganti Anda sebagai Ketua PB NU?

Itu urusan Muktamar. Pokoknya, saya tidak mau jadi Ketua Umum PBNU lagi. Sudah cukup dua kali.