Dangdut di Antara Dua Pesohor
Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid
KITA semua tahu, bahwa H. Rhoma Irama adalah Raja Dangdut sejak lama. Sudah lebih dari 15 tahun namanya kondang sebagai pemuka musik dangdut di negeri kita. Dengan gayanya sendiri, ia telah berhasil menegakkan jenis musik tersebut, yang kini merajai belantika musik di Nusantara. Pada intinya, nama H. Rhoma Irama sejajar dengan naik-turunnya pamor musik tersebut di negeri kita.
Seorang musikolog dan pemain selo terkemuka di Taman Ismail Marzuki, Suka Hardjana, menyebut musik dangdut sebagai jenis musik paling melodius dalam perbendaharaan musik kita secara umum. Dahulu, hanya televisi pemerintah yaitu TVRI, yang mengumandangkan jenis musik tersebut, dua minggu sekali, dalam program Aneka Ria, untuk warga TNI. Sekarang, dengan maraknya kontes dangdut di stasiun-stasiun televisi swasta Indonesia, kualitas jenis musik tersebut langsung melonjak ke atas.
Kini pesohor musik dangdut bermunculan. Inul Daratista adalah salah seorang yang memanfaatkan rintisan H. Rhoma Irama itu. Ia bahkan menambah penampilan dengan goyangan mautnya yang berupa kegiatan “ngebor”. Banyak epigon yang mungkin melampauinya dewasa ini, seperti Anissa Bahar dan sebagainya. Tetapi, Inul Daratista tetap bertahan dengan bertengger di papan atas siaran-siaran beberapa siaran radio niaga swasta, walaupun kehidupan pribadinya sekarang tengah mengalami perubahan besar, yaitu dengan membuka beberapa lahan karaoke untuk keluarga.
Musik dangdut terus mengalami perkembangan. Seiring dengan itu, H. Rhoma Irama dan Inul Daratista kemudian bertabrakan. Belum jelas sebab dan akibat pertentangan antarkeduanya.
Kalau dalam hiruk-pikuk pemberitaan, kedua icon dangdut itu tampak saling bertentangan, tetapi dalam ‘kehidupan’ siaran-siaran radio niaga swasta, antara keduanya tampak tanpa masalah. Ambil saja sebagai contoh tangga lagu-lagu dangdut yang disiarkan Radio Muara FM tiap malam Minggu. Pada saat tulisan ini dikirimkan ke redaksi, H. Rhoma Irama melalui lagu ciptaannya Berkelana yang dibawakan oleh para penyanyi muda, dan Inul Daratista dengan lagu Untukmu sama-sama bertengger urutan Top 20. Karenanya, bisa saja kita simpulkan antara keduanya terjadi persaingan di dalam belantika musik dan pada saat yang sama dalam dunia nyata. Inilah yang harus kita catat sebagai perkembangan sehat dunia musik kita dewasa ini.
Pengaruh Musik India
Musik dangdut berkembang dari lagu melayu yang semula dibawakan oleh P. Ramlee dari Malaysia diteruskan oleh para pemusik negeri kita, seperti S. Effendy dan Hasnah Thahar. Tentu tidak dapat dilupakan dalam hal ini pengaruh musik India. Bahkan kini kita lihat, banyak para pemusik yang tadinya berada di kalangan musik pop, seperti H. Rhoma Irama sekarang berpindah ke dunia musik dangdut.
Sekarang telah terjadi perubahan mendasar atas dunia musik kita. Semua terjadi karena adanya dua perkembangan yang berjalan seiring. Pertama, penguasaan teknologi komunikasi di negeri ini berjalan semakin canggih, antara lain melalui perkembangan kehidupan siaran-siaran radio niaga swasta yang begitu cepat di negara kita, terutama dalam dasawarsa terakhir ini. Kedua, regenerasi para pemusik kita secara sehat dan wajar.
Hubungan “benci tapi rindu” (hate-love relationship) juga mewarnai perkembangan musik kita melalui segmentasi pola-pola ekonomi. Katanya, ‘kelas atas’ senang lagu pop dan kelas bawah yang sangat dipengaruhi oleh musik dangdut. Ditambah lagi adanya ‘kelas-kelas khusus’ dalam kehidupan masyarakat, seperti mereka yang sangat terpengaruh oleh budaya Barat maupun budaya Arab, dalam lingkungan lebih kecil, yaitu musik Klasik dan musik Gambus. Pembagian vertikal dan horizontal berdasarkan kelas-kelas ekonomi maupun jenis-jenis khusus itu, tentu memerlukan perhatian khusus para pengamat untuk diikuti dengan cermat.
Hal-hal tersebut tentu saja tidak menghilangkan rasa hormat kita kepada perkembangan yang terjadi dalam dunia musik kita akhir-akhir ini. Bukankah ini menunjukkan terjadinya proses perkembangan musik Indonesia yang matang?