Iran yang Tidak Saya Lihat

Sumber Foto; http://www.oral-history.ir/?page=post&id=9943

Oleh: K.H. Abdurrahman Wahid

ORANG punya perkiraan masing-masing tentang perkembangan di Iran. Untuk mewakili aspirasi aneka pendapat dari mereka yang tidak melihat sendiri perkembangan di sana, penulis ingin menyajikan persepsinya sendiri — yang untuk lebih “sip”-nya akan dibuat dengan cara tanya jawab.

Siapa sajakah pelaku utama lakon sejarah di Iran yang berhasil menggulingkan bekas Shah Reza Pahlevi dan mendirikan sebuah republik Islam?

Kaum mullah, Khomeini, dan Bani Sadr.

Mengapa Khomeini dipisahkan dari kaum mullah, padahal seorang ayatullah?

Karena Khomeini ingin mewakili semua mullah. Sedang kaum mullah yang mendominasi parlemen (majelis) dan pemerintahan hanya minoritas, cuma tujuh ribu orang dari lebih delapan puluh ribu, menurut pemimpin redaksi harian terkemuka Keyhan yang terbit di Teheran, Amir Tehiri. Artinya, mayoritas mullah tidak mendukung partai yang dianggap mewakili aspirasi mereka, yaitu Partai Republik Islam (PRI).

Kalau jumlah mereka begitu kecil, mengapa para mullah yang tergabung dalam PRI dapat menguasai kehidupan lapangan politik?

Karena yang lain pasif. Juga karena para mullah PRI yang bekerja sama dengan sekelompok intelektual muslim yang berpandangan idealis ingin menciptakan alternatif masyarakat Islam bagi semua masyarakat lain yang ada di dunia.

Kelompok intelektual idealis ini bercorak dua: yang militan dan tidak mau kompromi dengan paham dan golongan lain, dan yang moderat seperti Bani Sadr dan Bazargan. Intelektual moderat menolak kerja sama dengan mullah PRI, tetapi mau bekerja sama dengan mayoritas mullah yang diandaikan menunjuk Ayatullah Khomeini sebagai pembawa aspirasi mereka. Intelektual militan mengisi komiteh, alat ampuh untuk menggerakkan massa dan menguasai pemerintahan di tingkat bawah. Juga menyediakan tenaga untuk Hizbullah, laskar keagamaan yang merupakan momok bagi golongan-golongan lain.

Setelah Sekjen PRI Ayatullah Behesti mati, akan berantakankah partai tersebut dan dengan sendirinya kekuatan kaum mullah minoritas yang serbakeras dan militan itu?

Tidak. Karena intelektual dan aktivis di luar mullah akan tetap mendukung mereka. Kebutuhan mereka akan jalur hubungan ke rakyat dan pemberi legitimasi bagi aspirasi mereka adalah kaum mullah itu. Mereka akan mencari ganti Behesti.

Siapa yang akan menjadi lawan PRI setelah partai ini berhasil menyingkirkan Bani Sadr?

Masih tetap Bani Sadr, kalau ia mau menyusun kekuatan. Ia adalah simbol yang dibutuhkan untuk mempersatukan kelompok kiri (marxis-leninis seperti Fedayeen-e-Khalq dan marxis-muslim seperti Mojahedin-e-Khalq), kelompok nasionalis demokrat (Bazargan, Sanjabi) dan intelektual muslim moderat (Yazdi, Ghobtzadeh, Noubari). Tetapi, kalau ia tidak mau memimpin perjuangan berkepanjangan secara tuntas (tidak hanya melalui tulisan di kolom saja, melainkan dalam bentuk gerakan politik dengan strukturnya sendiri), jelas hanya kaum kiri yang akan memimpin perlawanan. Bazargan tidak ada ausdauer untuk itu. Sanjabi hanya punya pengikut di lingkungan “cabang atas”.

Mengapa Anda mengatakan “kalau Bani Sadr….”

Karena hakikat peranan sejarah Bani Sadr memang masih teka-teki. Benarkah ia hanya seorang kolumnis yang mendapat “rezeki” jabatan kepresidenan? Tidak efektif sebagai pemimpin gerakan menentang para mullah militan, tidak mampu mengorganisasi kekuatan nasional? Apakah “wajah lunak dan bodoh” itu sebenarnya menyembunyikan strategi lain: menghindari konfrontasi politis non-verbal dengan kaum mullah fanatik untuk menjaga agar mayoritas mullah yang tidak memihak PRI tidak turut ditentang dan dilawan?

Presiden yang sengaja menampilkan wajah tidak efektif guna menyusun kekuatan dalam konsolidasi front nasional di luar pemerintahan, untuk digunakan nanti? Apakah bukan tidak mungkin Bani Sadr menggunakan taktik Muhammad Ali dalam pertarungan melawan Foreman di Kinshasha: biarkan lawan menguras kekuatan, kita hindari pertarungan? Ya, siapa tahu siapa sebenarnya Bani Sadr di balik wajahnya yang begitu penuh mencerminkan jiwa kolumnis baik-baik saja?

Anda malahan balik bertanya! Kalau benar perkiraan Bani Sadr akan memimpin perlawanan, siapa yang akan mendukungnya?

Macam-macam. Kaum intelektual moderat sudah pasti sepenuhnya. Kaum kiri menyediakan tenaga. Kaum profesional sumbangan penting sebagai struktur teknis untuk melawan masinasi golongan yang memerintah. Tetapi, mayoritas kaum mullah sudah tentu menyembunyikan dukungan mereka serapi mungkin. Bukankah tidak pantas kalau sesama mullah sampai berperang? Ada lagi golongan minoritas etnis, budaya (para seniman dan budayawan), dan agama.

Kalau bukan Bani Sadr kaum yang akan tampil, menurut perkiraan Anda. Bagaimana “kans” mereka?

Cukup baik. Bukankah lawannya hanya minoritas? Mereka mengajukan klaim mayoritas, tetapi lambat laun akan ketahuan kedoknya. Kalau keadaan ekonomi memburuk, suatu hal yang hampir dipastikan, kelompok lain akan mendukung mereka: buruh, pegawai pemerintah, tani, pedagang, dan seterusnya. Gabungan kiri muslim dan non-muslim akan sangat menarik bagi orang banyak. Tinggal. mampukah mereka menciptakan kekuatan nyata, bukan sekadar hipotesis belaka.

Di mana tempat Khomeini dalam semua kemelut itu?

Selama ini, ia menjadi pemain akrobat. Menunjang para mullah minoritas militan yang aktif. Tetapi, tidak ingin menyudutkan mayoritas mullah yang tidak mendukung PRI yang lebih dewasa dan berimbang dalam pandangan hidup. Juga supaya memayungi semua unsur kehidupan. Tetapi, ia gagal memelihara keseimbangan. Sekarang, sepenuhnya menjadi “tangkapan” PRI. Itu pun kalau demikian halnya. Bisa jadi ia masih mencoba meraih kembali kedudukan pengimbang itu. Siapa tahu bukannya ia yang justru menyembunyikan Bani Sadr sekarang?

Ah….!